Pesona Kebaya Purbalingga 2025: Memuliakan Warisan Budaya dan Menginspirasi Perempuan Berdaya
Purbalingga, 18 Desember 2028 – Semangat pelestarian budaya dan pemberdayaan perempuan berkobar di Kabupaten Purbalingga. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dinpendukcapil) turut serta dalam gelaran akbar "Purbalingga Berkebaya 2025" yang diselenggarakan di Pendapa Dipokusumo. Acara ini merupakan bagian integral dari rangkaian peringatan Hari Jadi ke-195 Kabupaten Purbalingga dan Hari Ibu ke-97, menampilkan keindahan kebaya sekaligus menegaskan peran sentral perempuan dalam masyarakat.
Kebaya: Lebih dari Sekadar Busana, Sebuah Ekspresi Komitmen Budaya
Bupati Fahmi, dalam sambutannya saat membuka acara, menegaskan bahwa "Purbalingga Berkebaya" bukan sekadar perayaan seremonial. Lebih dari itu, acara ini adalah cerminan nyata komitmen Pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam melestarikan warisan budaya luhur, khususnya kebaya. "Purbalingga Berkebaya saya harapkan menjadi ruang bagi perempuan untuk mengekspresikan diri, sekaligus menjadi wujud komitmen pemerintah daerah dalam merawat dan melestarikan warisan budaya bangsa, salah satunya kebaya," ujarnya.
Pegawai Dinpendukcapil, Evi Sri Rahayu dan Oktiana Ratri Wuryaningsih, S.Kom., menjadi representasi semangat ini, tampil anggun dengan kebaya yang memukau. Kehadiran mereka menambah semarak acara dan menunjukkan dukungan penuh terhadap inisiatif pelestarian budaya ini.
Perempuan Berdaya dan Berkarya: Tema yang Menginspirasi

Pada tahun 2025 ini, "Purbalingga Berkebaya" mengusung tema yang kuat dan bermakna: "Perempuan Berdaya dan Perempuan Berkarya". Bupati Fahmi menjelaskan bahwa tema ini mengandung pesan mendalam tentang kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi perempuan.
"Tema ini hendak menyampaikan pesan bahwa semua perempuan berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk berdaya dan berkarya. Kesetaraan ini tidak hanya antarperempuan, tetapi juga dengan laki-laki, termasuk dalam menentukan pilihan hidup dan pilihan untuk berkarya," tegasnya. Pesan ini relevan dengan semangat zaman, di mana peran perempuan semakin diakui dan dihargai dalam berbagai lini kehidupan.
Inilah Pesona Kebaya, Simbol Keanggunan yang Membalut Kekuatan Jiwa Perempuan Berdaya dan Berkarya.
Dinpendukcapil Purbalingga menggaungkan tema yang begitu inspiratif, menggambarkan esensi perempuan masa kini.
Inilah Pesona Kebaya, Simbol Keanggunan Yang Membalut Kekuatan Jiwa Perempuan Berdaya Dan Berkarya.
Di Balik Eloknya Wastra Yang Dikenakan, Terpancar Dedikasi Seorang Istri Yang Menjadi Pilar Pendamping, Serta Ketulusan Seorang Ibu Yang Menjadi Madrasah Pertama Bagi Putra-Putrinya. Ia Bukan Sekadar Penghuni Rumah, Melainkan Pendidik Yang Menanamkan Karakter Dan Pengelola Rumah Tangga Yang Penuh Ketelitian.
Namun Langkahnya Tidak Berhenti Di Ambang Pintu. Ia Adalah Sosok Sosial Yang Hadir Bagi Masyarakat Dan Bangsa. Dengan Kecerdasan Membagi Waktu, Tenaga, Dan Pikiran, Ia Membuktikan Bahwa Bekerja Untuk Keluarga Dan Berkontribusi Bagi Negeri Dapat Berjalan Beriringan.
INILAH PERWUJUDAN PEREMPUAN MASA KINI: LEMBUT DALAM TUTUR, TANGGUH DALAM KARYA, BERDAYA UNTUK SEMESTA.
Pesan ini bukan hanya sekadar kata-kata, melainkan sebuah deklarasi. Ini adalah pengakuan atas peran multifaset perempuan: sebagai istri yang setia, ibu yang mendidik, pengelola rumah tangga yang terampil, dan warga negara yang aktif berkontribusi. Kebaya, dengan segala keanggunannya, menjadi penanda kekuatan jiwa yang tak lekang oleh waktu, memancarkan aura ketangguhan dan keberdayaan.
Masa Depan Perempuan Purbalingga: Bersinar dalam Budaya dan Kontribusi Nyata
"Purbalingga Berkebaya 2025" adalah lebih dari sebuah acara fesyen. Ini adalah platform untuk merayakan identitas, menginspirasi, dan mendorong perempuan Purbalingga untuk terus berdaya dan berkarya. Dengan melestarikan kebaya, kita tidak hanya menjaga warisan nenek moyang, tetapi juga mengukuhkan nilai-nilai kesetaraan dan pemberdayaan bagi generasi mendatang. Perempuan Purbalingga siap menjadi motor penggerak perubahan positif, harmonis dalam keluarga, dan tangguh dalam kontribusi bagi bangsa.